RIWAYAT HIDUP NABI
MUHAMMAD SAW. DAKWAH DAN PERJUANGAN
1.
Sebelum
Masa Kerasulan
Nabi
Muhammad SAW.
adalah anggota Bani Hasyim, sesuatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku
Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan Siqayah
Nabi Muhammad SAW. lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya
bernama Abdullah Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya.
Ibunya adalah Aminah dari Bani Zuhrah Tahun kelahiran Nabi dikenal dengan nama
Tahun Gajah (570 M).[9] Dinamakan demikian,
karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi ( Ethiopia )
dengan menunggang gajah menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka’bah. Muhammad
lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal dunia setelah ia
menikahi Aminah.
Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu
pengasuh, Halimah Sa’diyyah. Dalam asuhannyalah Muhammad dibesarkan sampai usia
4 tahun. Setelah itu, kurang lebih 2 tahun dia berada dalam asuhan ibu
kandungnya. Ketika berusia 6 tahun, dia menjadi yatim piatu. Seakan-akan Allah
ingin melaksanakan sendiri pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk
membawa risalah-nya yang terakhir Allah berfirman:
” Bukankah Allah mendapatimu sebagai anak yatim, lalu
Dia melindungimu. Dan Allahmendapatimu sebagai orang yang bingung lalu Dia
memberimu petunjuk.” (Qs At-Tin [95]: 6-7 ).
Setelah
Aminah meninggal, Abdul
Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, 2 tahun
kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab
selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib,
ia sangat disegani orang dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Makkah
secara keseluruhan, tetapi dia miskin.
Dalam
usia muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing
penduduk Makkah. Melalui kegiatan pengembala ini dia menemukan tempat untuk
berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu
dibalik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala
pemikiran nafsu duniawi, sehingga dia terhindar dari berbagai macam noda yang
dapat merusak namanya, karena itu sejak muda ia sudah dijuluki Al-Amin,
orang yang terpercaya.
Nabi
Muhammad SAW. ikut pertama kali dalam kafilah dagang ke Syira (Syam) dalam usia
baru 12 tahun. Kafilah
itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan
Syiria, ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat
tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita
Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehatkan Abu Thalib
agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syiria, sebab dikuatirkan orang-orang
Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya.[10]
Pada
usia yang kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syiria membawa barang
dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam
perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian
melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu
Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan
selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak
membantu nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam.
Perkawinan
bahagia dan saling mencintai itu dikaruniai enam orang anak, dua putra dan
empat putri: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Kedua
putranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad SAW. tidak menikah lagi sampai Khadijah
meninggal ketika Muhammad berusia 50 tahun. Peristiwa penting yang
memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada usia 35 tahun. Waktu itu
bangunan Ka’bah rusak berat. Perbaikan Ka’bah dilakukan secara gotong royong.
Para penduduk Makkah membantu pekerjaan itu dengan suka rela. Tetapi pada saat
terakhir, ketika pekerjaan tinggal mengangkat dan meletakan Hajjar Aswad di tempatnya semula, timbul
perselisihan. Setiap suku merasa berhak melakukan tugas terakhir dan terhormat
itu.
Perselisihan
semakin memuncak, namun akhirnya para pemimpin Quraisy sepakat bahwa orang yang
pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa, akan dijadikan hakim untuk
memutuskan perkara ini. Ternyata, orang yang pertama masuk itu adalah Muhammad.
Ia pun dipercaya menjadi hakim. Ia lantas membentangkan kain dan meletakan Hajjar Aswad di tengah-tengah, lalu
meminta seluruh kepala suku memegang tepi kain itu dan mengangkatnya
bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad kemudian
meletakan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat
diselsaikan dengan bijaksana. Dan kepala suku merasa puas dengan cara
penyelsaian seperti itu.
:
2.
Masa
Kerasulan
Menjelang
usianya yang keempat puluh, dia
sudah terlalu biasa memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, berkotemplasi ke
Nabi Muhammad SAW. , beberapa kilo meter di Utara Makkah. Disana Muhammad
mula-mula berjam-jam kemudian berhari-hari bertafakur. Pada tanggal 17 Ramadhan
tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah
yang pertama:
“ Bacalah dengan nama Tuhan- Mu yang telah mencipta.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpul darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu
Maha Mulia. Dia telah mengajar dengan
qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui”.
(Qs Al-Alaq [96]: 1-5)
Dengan turunnya
wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai nabi. Dalam
wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu
agama. Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk
beberapa lama, sementara Nabi Muhammad SAW. menantikannya dan selalu ke Nabi
Muhammad SAW. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah
kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut:
“Hai orang yang berselimut bangun, dan beri
ingatlah. Hendaklah engkau besarkan
Tuhanmu dan bersihlkanlah pakainmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah
engkau memberi (dengan maksud memperoleh balasan) yang lebih banyak untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.
(Qs Al-muzzamil [73]: 1-7)
Dengan turunnya perintah itu,
mulailah Rasullullah berdakwah. Pertama- tama, beliau melakukannya secara
berdiam-diam di lingkungan sendiri, dan di kalangan rekan-rekannya. Karena
itulah orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan kerabat
dekatnya, mula-mula isterinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali
bin Abu Thalib yang baru berumur 10 tahun. Kemudian, Abu Bakar, sahabat
karibnya sejak masa kanak- kanak.
Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya Ummu Aiman, pengasuh nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang yang pertama masuk Islam. Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Talhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada nabi dan masuk Islam di hadapan nabi sendiri. Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang ini telah memeluk agama Islam.
Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya Ummu Aiman, pengasuh nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang yang pertama masuk Islam. Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Talhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada nabi dan masuk Islam di hadapan nabi sendiri. Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang ini telah memeluk agama Islam.
Setelah beberapa lama dakwah
tersebut dilaksanakan secara individual turunlah perintah agar nabi menjalankan
dakwah secara terbuka. Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya
dari Bani Abdul Muthalib. Ia menyatakan kepada mereka, “ Saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa
sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang mereka bawa kepada
kalian. Kubawakan dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya
mengajak kalian semua. Siapakah diantara kalian yang mau mendukung saya dalam
hal ini?”.[11]
Mereka semua menolak kecuali Ali.
Langkah
dakwah selanjutnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat umum. Nabi
mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan,
baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula- mula ia menyeru penduduk Makkah,
kemudian penduduk negeri-negeri lain. Disamping itu, ia juga menyeru oramg-orang
yang datang ke Makkah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan ibadah haji.
Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih,
hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut nabi yang tadinya hanya
belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum
wanita, budak, pekerja, dan orang- orang yang tak punya. Meskipun kebanyakan
mereka adalah orang- orang yang lemah, namun semangat mereka sungguh membaja.
Setelah
dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah
rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut nabi, semakin keras tantangan
dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad Salabi ada lima faktor yang mendorong
orang Quiraisy menentang seruan Islam itu.[12]
1. Mereka tidak dapat membedakan antara nabi dan
kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk
kepada pemimpin Abdul Muthalib. Yang terakhir ini sangat tidak mereka inginkan.
2. Nabi Muhammad SAW. menyerukan persamaan antara
bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan
Quraisy.
3. Para pemimpin Quraisy tidak mdapat menerima tentang
ajaran kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang
berurat berakar pada bangsa Arab.
5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai
penghalang rezeki.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk
mencegah dakwah Nabi Muhammad. Pertama-tama mereka mengira bahwa, kekuatan nabi
terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu Thalib yang amat disegani itu.
Karena itu mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Nabi dengan Abu
Thalib dan mengancam dengan mengatakan: ‘’Kami
minta Anda memilih satu diantara dua: memerintahkan Muhammad berhenti dari
dakwahnya atau Anda menyerahkannya kepada kami. Dengan demikian, Anda akan
tehindar dari kesulitan yang tidak diinginkan”. Tampaknya, Abu Thalib cukup
terpengaruh dengan ancaman tersebut,sehingga mengharapkan Muhammad menghentikan
dakwahnya. Namun, nabi menolak dengan mengatakan: “Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah,
walaupun seluruh keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya”. Abu
Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian berkata:”Teruskanlah, demi Allah aku akan terus
membelamu.”
Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian
mengutus Walid bin Mughirah dengan membawa Umarah bin Walid, seorang pemuda
yang gagah dan tampan untuk di pertukarkan dengan Nabi Muhammad SAW. Walid bin
Mughirah berkata kepada Abu Thalib: “Ambilah
dia anak Saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh.” Usul
ini langsung ditolak keras oleh Abu Thalib.
Untuk kali berikutnya, mereka langsung kepada Nabi
Muhammad SAW., mereka langsung mengutus Utbah bin Rabiah, seorang ahli
retorika, untuk membujuk nabi. Mereka menawarkan tahta wanita, dan harta asal Nabi
Muhammad SAW. bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Nabi
Muhammad SAW. dengan mengatakan : “ Demi
Allah biarpun mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan
kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, sehingga agama ini menang atau
aku binasa karenanya.”
Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang
dilakukan oleh kaum Quraisy gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik
yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Tindakan kekerasan itu
lebih intensif dilaksanakan setelah mereka mengetahui bahwa di lingkungan rumah
tangga mereka sendiri sudah ada yang masuk Islam. Budak-budak yang selama ini mereka
anggap sebagai harta, sekarang sudah ada yang masuk Islam dan mempunyai
kepercayan yang berbeda dengah Tuhan mereka. Budak-budak itu disiksa Tuannya
dengan sangat kejam. Para pemimpinh Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga
untuk menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam sampai ia murtad kembali.
Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Makkah terhadap
kaum Muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad SAW. untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya
keluar Makkah. Pada tahun ke-5 kerosulannya.nabi menetapkan Habsyah (Ethiopya)
sebagai negeri tempat pengungsian, karena Negus
(raja) negeri itu adalah seorang yang adil. Rombongan pertama sejumlah 10
orang pria dan 4 orang wanita, diantaranya Usman bin Affan beserta istrinya
Rukayah puteri rasullullah, Zubair bin Awwam dan Abdurohman bin ‘Auf. Kemudian,
menyusul rombongan kedua sejumlah hampir 100 orang, dipimpin oleh Ja’far ibnu
Abu Thalib. Usaha orang- orang Quraisy untuk menghalangi hijrah ke Basyah ini.
Termasuk membujuk Negus agar menolak
kehadiran umat Islam disana, gagal. Disamping itu, semakin kejam mereka
melakaukan orang Islam, semakin banyak orang yang masuk agama ini. Bahkan,
ditengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang Quraisy masuk Islam. Hamzah dan
Umar bin Khathab. Dengan masuk Islamnya dua tokoh besar ini posisi umat Islam
semakin kuat.
Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum
musyrik Quraisy. Mereka menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan Muhammad
yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Dengan demikian, untuk melumpuhkan
kaum Muslimin yang dipimpin oleh Muhammad mereka harus melumpuhkan Bani Hasyim
terlebih dahulu secara keseluruhan. Cara yang ditempuh ialah pemboikotan.
Mereka memutuskan segala bentuk hubungan
dengan suku ini.
Tidak seorang penduduk Makkah pun diperkenankan
melakukan hubungan jual beli dengan kaum Bani Hasyim persetujuan dibuat dalam
bentuk piagam dan ditandatangani bersama dan disimpan didalam Ka’bah. Akibat pemboikotan
tersebut Bani Hasyim mengalami kelaparan, kemiskinan dan kesengsaran yang tak
ada bandingannya. Untuk meringankan penderitaan itu, Bani Hasyim akhirnya
pindah kesuatu lembah diluar kota makkah. Tindakan pemboikotan yang dimulai
pada tahun ke-7 kenabian ini berlangsung selama 3 tahun. Ini merupakan tindakan
paling menyiksa dan melemahkan umat Islam
Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa
pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sungguh suatu tindakan
yang keterlaluan. Setelah boikot dihentikan Bani Hasyim seakan dapat bernapas
kembali dan pulang kerumah masing-masing. Namun, tidak lama kemudian Abu
Thalib, paman Nabi yang merupakan pelindung, meninggal dunia dalam usia 87
tahun. 3 hari setelah itu Khadijah, istri Nabi, meninggal dunia pula, peristiwa
ini terjadi pada tahun ke-10 kenabian.tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi
Muhammad SAW. Sepeninggal dua pendukung itu, kafir Quraisy tidak sergan- segan
lagi melampiaskan nafsu amarahnya terhadap nabi.melihat reaksi penduduk Makkah sedemikian
rupa, nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam keluar kota. Namun, di Thaif dia di ejek disoraki, dan dilempari, bahkan
sampai terluka dibagian kepala dan badannya.
Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah
mengisra dan memikrajkan beliau pada tahun ke-10 kenabian itu. Berita tentang
Isra’ dan Mikraj ini menggemparkan masyarakat Makkah. Bagi orang kafir, ia
dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan nabi. Sedangkan, bagi orang yang
beriman ia merupakan ujian keimanan.
Setelah peristiwa Isra’ dan Mikraj suatu perkembangan
besar bagi kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan datang dari sejumlah
penduduk Yatsrib yang berhaji ke Makkah. Mereka yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj, masuk Islam dalam tiga gelombang.[13]
1. Pada tahun ke-10 kenabian, beberapa orang Khazraj berkata kepada nabi. ”Bangsa kami telah lama terlibat dalam permusuhan,
yaitu antara suku Khazraj dan ‘Aus. Mereka benar, benar merindukan kedamaian.
Kiranya Tuhan mempersatukan mereka kembali dengan perantaraan engkau dan
ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh Karena itu, kami akan berdakwah agar
mereka mengetahui agama yang kami terima dari engkau ini.” Mereka giat
mendakwahkan Islam di Yatsrib.
2. Pada tahun ke-12 kenabian delegasi Yatsrib terdiri
dari 10 orang suku khazraj dan 2 orng
suku ‘Aus serta seorang wanita
menemui nabi disuatu tempat bernama Aqobah, dihadapan nabi mereka menyatakan
ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke Yatsrib sebagai juru dakwah
dengan ditemani oleh Mus’ab bin Umair yang sengaja diutus pertama’. Pada musim haji berikutnya jamaah
haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yatsrib,
mereka meminta kepada Nabi agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji
akan membela nabi dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usulan yang mereka
ajukan. Perjanjian ini disebut perjanjian ‘Aqobah kedua’
Setelah kaum musyrikin Quraisy
mengetahui adanya perjanjian anatara nabi dan orang-orang Yatsrib itu mereka
kian gila melancarkan intimidasi terhadap kaum Muslimin. Hal ini membuat Nabi
segera ,memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah
ke Yatsrib. Dalam waktu 2 bulan, hampir semua kaum Muslimin, kurang lebih
150 orang, telah meninggalkan kota Makkah hanya Ali dan Abu Bakar yang masih
tinggal di Makkah bersama nabi. Keduanya membela dan menemani nabi sampai ia
berhijrah ke Yatsrib karena kafir Quraisy sudah merencanakan akan membunuhnya.
Dalam perjalanan ke Yatsrib, nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba
di Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar 5 km dari Yatsrib, nabi istirahat
beberapa hari lamanya. Ia menginap dirumah Kalsum bin Hindun. Dihalaman rumah
ini nabi membangun sebuah Masjid. Inilah masjid pertama yang dibangun nabi,
sebagai pusat peribadatan. Tak lama kemudian, Ali mengabungkan diri dengan nabi,
setelah menyelesaikan segala urusan di Makkah.
Setelah itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Waktu yang
mereka tunggu-tunggu itu tiba. Nabi memasuki Yatsrib dan penduduk kota ini
mengelu-ngelukan kedatangan beliau dengan kegembiraan. Sejak itu sebagai
penghormatan terhadap s diubah menjadi Madinatun
Nabi (Kota Nabi) atau sering pula
disebut Madinatul Munawwarah (Kota
bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar keseluruh dunia. Dalam
istilah sehari-hari, kota ini disebut Madinah saja.
C.
BUKTI-BUKTI KERASULAN NABI MUHAMMAD SAW
1.
Bisyarat
(Pengabaran dari Kitab-Kitab sebelumnya)
Kitab-kitab Allah sebelum Al-Qur’an telah memberi kabar gembira
tentang kenabian Muhammad SAW. sebelum Beliau dilahirkan, bahkan kitab-kitab tersebut telah
mengabarkan sifat-sifat pribadi Nabi Muhammad SAW, ciri-ciri
negeri tempat kemunculannya, keadaan kaumnya, dan kapan (waktu) beliau diutus.
Allah SWT berfirman:
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang
menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan
yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan
bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (Qs Al- ‘Araf [7] : 157)
Para Ahbar (ulama Yahudi) dan Qissis (pendeta Nasrani) terdahulu telah
memberikan berita gembira dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW sebelum beliau
diutus. Allah SWT berfirman membujuk dan mengingatkan orang-orang Arab musyrik
yang telah mendengar berita ini dari ulama Bani Israil agar mereka beriman:
“Dan
Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang
dahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani
Israil mengetahuinya?” (Asy-Syu’ara[26]: 196-197)
Ketika Nabi Muhammad SAW benar-benar diutus oleh Allah SWT,
sebagian mereka dan ahli kitab pun beriman kepada beliau dan yang lainnya tetap
kafir. Dan alasan terbesar keimanan mereka adalah kesesuaian bisyarat yang
mereka dapatkan dalam Taurat Dan Injil dengan pribadi Rasulullah SAW.
” orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka
Al kitab sebelum Al Quran, mereka beriman (pula) dengan Al Quran itu”.
( Qs. Al- Qasash [28]: 57 )