Paham
Ma’rifah
Ada
segolongan orang sufi mempunyai ulasan bagaimana hakikat marifah. Mereka
mengemukakan paham-pahamnya antara lain:
a.
Kalau mata yang berasa didalam hati sanubari manusia terbuka, maka mata
kepalanya tertutup, dan waktu inilah yang dilihat hanya Allah.
b.
Marifah adalah cermin. Apabila seorang yang arif melihat kearah cermin
maka apa yang dilihatnya adalah Allah.
c.
Orang arif baik diwaktu tidur dan bangun yang dilihat hanyalah Allah
SWT.
d.
Seandainya marifah itu materi, maka semua orang yang melihat akan mati
karena tidak tahan melihat kecantikan serta keindahannya. Dan semua cahaya akan
menjadi gelap disamping cahaya keindahan yang gilang-gemilang.
Menurut
“Zunnun Al-Misrilah” (bapak paham marifah) bahwa pengetahuan tentang Tuhan ada
tiga macam:
a.
Pengetahuan Awam
Memberi
penjelasan bahwa Tuhan satu dengan perantara ucapan syahadat.
b.
Pengetahuan Utama
Memberi
penjelasan bahwa Tuhan satu menurut akal (logika)
c.
Pengetahuan Sufi
Memberi
penjelasan bahwa Tuhan satu dengan perantara hati sanubari.
Bahwa
pengetahuan awam dan Ulama diatas belum dapat memberikan pengetahuan hakiki
tentang Tuhan. Sehingga kedua pengetahuan tersebut baru disebut “ilmu” belum
dapat dikatakan sebagai “marifah”. Akan tetapi pengetahuan yang disebut marifah
adalah pengetahuan Sufi. Ia dapat mengetahui hakikat Tuhan (marifah). Sehingga
marifah hanya dapat diperoleh pada kaum Sufi. Maka sanggup melihat Tuhan dengan
cara melalui hati sanubarinya. Disamping juga mereka didalam hatinya penuh
dengan cahaya.
Untuk
memperoleh “marifah” tentang Tuhan, Zunnun Al-Misrilah mengatakan: “Aku mengetahui Tuhan dengan Tuhandan
sekiranya tidak karena Tuhan aku tidak akan tahu Tuhan.”
Pernyatan diatas
menuntut analisa Dr. Harun Nasution bahwa: “ini menggambarkan bahwa marifah
tidak diperoleh begitu saja, tetapi adalah pemberian dari Tuhan (A direct
knowledge of bod based on revalition). Ma’rifah bukanlah hasil pemikiran
manusia tetapi bergantung kepada kehendak dan rahmat Tuhan.
Ma’rifah adalah
pemberian Tuhan kepada supi yang sanggup menerimanya”,
No comments:
Post a Comment