BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mahabbah
artinya cinta. Hal ini mengandung maksud cinta kepada Allah. Dalam ajaran
Tasawuf Mahabbah dikaitkan dengan ajaran
yang disampaikan oleh seorang Sufi wanita bernama Rabiah Al-‘Adawiah. Mahabbah
adalah paham Tasawuf yang menekankan perasaan cinta kepada Tuhan.
Aliran
Sufi Mahabbah dipelopori dan dikembangkan oleh seorang Sufi wanita bernama
Rabiah Al-‘Adawiah. Ia lahir di Basrah pada tahun 714 M. Kelahirannya diliputi
bermacam cerita aneh-aneh.
Istilah
ma’rifah berasal dari kata “Al-Ma’rifa”,
yang berarti mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan
pengalaman Tasawuf, maka istilah ma’rifah disini berarti mengenal Allah ketika
Sufi mencapai suatu maqam dalam
Tasawuf.
Tidak
semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat sampai kepada tingkatan ma’rifah.
Karena itu, Sufi yang sudah mendapatkan kepada tingkatan ma’rifah memiliki
tanda-tanda tertentu, sebagaimana keterangan Dzun Nun Al-Mishri yang
mengatakan: ada beberapa tanda yang dimiliki oleh Sufi bila sudah sampai kepada
tingkatan ma’rifah, antara lain:
a.
Selalu memancar cahaya ma’rifah padanya dalam segala sikap dan
perilakunya, karena itu, sikap wara’ selalu ada pada dirinya.
b.
Tidak menjadikan keputusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang
bersikap nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran Tasawuf, belum tentu
benar.
c.
Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal itu
bisa membawanya kepada perbuatan yang haram.
Kaum
Sufi untuk mendapatkan suaru marifah melalui jalan yang ditempuh dengan
mempergunakan suatu alat diantaranya:
a. Sir
b. Menurut Al-Qusyairi
ada tiga yaitu:
1.
Qalb fungsinya untuk dapat mengetahui sifat Tuhan.
2. Ruh fungsinya untuk dapat mencintai Tuhan.
3.
Sir fungsinya untuk melihat Tuhan.
No comments:
Post a Comment